tag:blogger.com,1999:blog-42564466323688098082024-02-07T17:31:32.243-08:00Budidaya Ulat SuteraMembaca, Berpikir dan BekerjaUnknownnoreply@blogger.comBlogger54125tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-59294536436092172732013-04-06T01:48:00.001-07:002013-05-16T07:48:41.751-07:00Pemintalan Kokon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://media.viva.co.id/thumbs2/2010/01/13/83342_pemintalan_kokon_kepompong_ulat_sutra_murbei__bombyx_mori__663_382.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="http://media.viva.co.id/thumbs2/2010/01/13/83342_pemintalan_kokon_kepompong_ulat_sutra_murbei__bombyx_mori__663_382.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kokon diolah menjadi benang lewat proses pemintalan. Untuk ini biasa digunakan Alat Pemintalan Tenaga Kaki (APTK). Alat ini banyak dipakai di daerah Bili-bili, Sulawesi Selatan. Proses pemintalannya adalah sebagai berikut.</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Mula-mula kokon direndam air dingin, lantas dimasukkan ke dalam air panas. Dalam air panas kokon ditekan-tekan hingga tenggelam. Air panas tidak perlu sampai mendidih.</li>
<li>Air panas dikurangi apabila kokon yang tenggelam sudah sekitar 75%. Kokon kemudian dipindahkan ke alat pintal.</li>
<li>Ujung kokon dicari dengan memakai alat serupa sikat atau sapu dari batang padi atau bahan lainnya. Serat tersebut kemudian dimaksukkan ke penyaring, lalu ke peluncur dan terakhir ke haspel. Haspel merupakan tempat penggulungan benang sutera.</li>
<li>Apabila kokon habis, ditambah dengan yang baru. Umumnya tiap benang berasal dari 10=12 kokon. Jumlah ini bisa berubah menurut pemesanan benang. Benang yang putus harus disambung dengan sisa potongan sekitar 0,12 cm. Kokon yang putus ujungnya dicari lagi baru dilanjutkan pemintalan. Kokon yang sratnya terlalu sering putus, lebih baik dibuang dan diganti dengan yang baru.</li>
<li>Benang sutera yang mengumpul di haspel dicuci. Cara mencucinya cukup dengan dicelupkan dalam air bersih. Lalu kumpulan benang dipindahkan ke haspel yang lebih besar. Biarkan benang ini hingga kering angin dengan sendirinya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Benang yang sudah kering diambil dari haspel. Setelah itu ditimbang dan dimasukkan dalam plastik atau kemasannya. Benang ini dapat langsung dipasarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain menggunakan APTK, kokon dapat dipintal denganAlat Pintal Tenaga Mesin (APTM). Di Indonesia, alat ini belum banyak. Yang tercatat sudah memilikinya adalah Perum Perhutani. </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-69661079056558856552013-04-02T07:28:00.001-07:002013-05-16T07:48:29.736-07:00Pengeringan Kokon Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://dc354.4shared.com/doc/6Oa5CE0F/preview_html_506bde61.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://dc354.4shared.com/doc/6Oa5CE0F/preview_html_506bde61.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Seringkali sehabis panen, kokon langsung disiapkan untuk dipintal tanpa melewati proses penyimpanan. Bila demikian halnya kokon-kokon itu tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan ini dimaksudkan agar kokon tahan lama. Dengan demikian, walaupun pemintalan tidak segera dilakukan kokon sudah cukup awet untuk disimpan. Daya tahan kokon bila tidak disimpan hanyalah sekitar seminggu. Karena itu pemintalan yang berskala kecil dan diperkirakan mampu mengubah kokon menjadi benang tidak lebih dari seminggu sering tidak mempedulikan masalah pengeringan ini. Pengeringan kokon ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah penjemuran dengan memanfaatkan sinar matahari. Kedua adalah dengan pengeringan di dalam oven.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kokon yang dikeringkan di bawah sinar matahari tidak terlalu tahan disimpan, paling-paling sekitar 15-30 hari. Bila dalam jangka waktu tersebut, kokon tidak dipintal akan rusak dan tidak berguna. Daya tahan kokon yang dikeringkan lewat oven lebih lama lagi, yaitu 1,5-12 bulan. Akan tetapi, pengeringan dengan oven membutuhkan biaya tambahan yang tidak sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kandungan air pada lapisan serat kokon adalah 12%. Sedang kandungan air pada pupa termasuk besar, yakni 77%. Pupa dalam kokon bernapas dan mengalami pertumbuhan juga. Ini menyebabkan terjadinya proses penguapan yang sedikit merusak kokon. Proses ini akan merusak jika kokon-kokon ditaruh bertumpuk. Kerusakan terjadi pada bagian lapisan serat kokon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kokon yang baru dipanen jangan dibiarkan berlama-lama di dalam keranjang. Bila hendak dipindah atau diangkut ke tempat lain, hindari goncangan dan gesekan. Caranya, dengan pengepakan yang baik. Tempat penyimpanan yang baik adalah yang mempunyai sirkulasi udara lancar, kering dan tidak terlalu panas atau dingin.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-44911943980216194582013-04-02T06:55:00.000-07:002013-05-16T07:48:18.192-07:00Beberapa Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Kokon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTDiyP3xdY5ptroH8CpN3pOJp0eOOuTVIGPYoV5RiDCXobCJ1Pr" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTDiyP3xdY5ptroH8CpN3pOJp0eOOuTVIGPYoV5RiDCXobCJ1Pr" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal-hal berikut ini penting untuk diketahui sehubungan dengan proses pengolahan kokon selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Reelability (daya pintal kokon)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Daya pintal kokon diperhitungkan lewat besar persentase putusnya -serat sewaktu kokon dipintal. Hasil uji reelabily besar sekali pengaruhnya terhadap harga jual kokon sebagai bahan baku benang sutera. Yang mempengaruhi reelability adalah jenis bibit, suhu dan terutama kelembapan udara saat pengokonan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Warna Kokon</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Rata-rata warna kokon adalah putih. Namun, ada juga kokon yang dihasilkan dengan warna lain. Misalnya, warna kuning, kuning emas, hinau bambu, hijau dan kemerahan. Selain kokon yang berwarna hijau, warna itu terjadi karena pengaruh sericine. Dengan proses pemutihan (degumming) warna itu bisa hilang dan benang sutera yang dihasilkan akan berwarna putih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Bentuk dan Ukuran Kokon</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa macam bentuk kokon, yaitu elips, bulat, berlekuk dan bulat panjang. Bentuk yang berbeda ini karena jenis dan sifat ulat yang dipelihara juga berbeda. Sedangkan besar kecilnya kokon dipengaruhi banyak hal seperti jenis ulat, kondisi suhu dan kelembapan, serta jumlah dan kualitas murbei yang diberikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Ketegangan Kokon</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksudkan ketegangan kokon adalah keras atau lembeknya kulit kokon bila ditekan. Kokon yang baik tentu saja yang keras. Kokon yang lembek tidak bagus apabila dipintal menjadi benang. Ketegangan kokon dipengaruhi oleh jenis bibit, kondisi pemeliharaan dan pengokonan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Kerutan Kokon</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kulit luar kokon ada kerutan. Di bagian luar kerutannya kasar, tetapi makin ke dalam makin kecil. Hal yang menyebabkannya adalah jenis bibit dan kondisi pengokonan. Kerutan yang kasar terjadi apabila kondisi pengokonan kering. Namun, jika kondisi basah dan suhu rendah, kerutan yang terjadi lebih rapat dan kecil. Kokon dengan kerut-kerut yang terlalu kasar kurang baik saat dipintal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Berat Kokon</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian berat kokon adalah berat kokon keseluruhan termasuk berat kulit kokon ditambah pupa di dalamnya. Jenis ulat, jenis kelamin dan cara pemeliharaan akan mempengaruhi hal ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Berat Kulit Kokon</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini yang dimaksud hanyalah kulit kokonnya saja. Makin berat kulit kokon makin banyak benang yang bisa dihasilkan. Jenis bibit dan jenis kelamin serta cara pemeliharaan berperan terhadap keadaan ini.<br />
<br />
<b>* Persentase Kulit Kokon</b><br />
Cara menghitungnya adalah berat kulit kokon dibagi berat kokon keseluruhan dan dikalikan 100%. Persentase kulit kokon akan menentukan persentase benang sutera (raw silk) dalam pemintalan.<br />
<br />
<b>* Panjang Serat Sutera</b><br />
Ukuran panjang serat yang dapat digulung dari sebutir kokon adalah panjang serat sutera. Kokon yang bagus akan menghasilkan serat sutera yang panjang dan mudah dipintal.<br />
<br />
<b>* Berat Serat Sutera</b><br />
Pengertiannya adalah berat dari serat yang sudah dipintal dari sebutir kokon. Makin berat kulit kokon, makin berat pula serat suteranya. Namun, masih dipengaruhi pula oleh daya pintal kokon.<br />
<br />
<b>* Tebal Serat Sutera</b><br />
Satuan tebal serat sutera biasa dinyatakan dalam denier. Satu denier adalah serat yang memiliki panjang 450 m dan beratnya 0,05 gr. Bila akan dipintal kokon yang baik adalah yang ketebalan seratnya sama, baik di bagian luar maupun dalam. Agar kokon yang dihasilkan memiliki serat yang tebal, maka saat inkubasi dan pemeliharaan ulat kecil suhunya harus tinggi dan basah. Pada saat ulat besar, diberi pakan daun murbei yang banyak, tidak keras dan jumlah ulat yang dipelihara jarang.<br />
<br />
<b>* Persentase Sutera</b><br />
Besarnya persentase sutera didapat dari perbandingan berat benang sutera dengan berat kokon basah dikalikan 100%. Angka ini juga dapat mempengaruhi harga kokon.<br />
<br />
<b>* Buku-buku pada Serat</b><br />
Yang termasuk dalam bagian ini adalah mata, buku dan bintik-bintik pada serat. Kesemuanya merupakan cacat pada benang sutera, jadi berperanan terhadap tinggi rendahnya kualitas kokon.<br />
<br />
<b>* Daya Tahan Tarikan</b><br />
Ialah kekuatan serat sutera dalam menahan tarikan. Angka ini diperoleh dari tebal serat sutera (dalam denier) menahan tarikan (dalam gram). Kebanyakan serat sutera mempunyai daya tahan tarikan 3,5-4,0 gram/denier.<br />
<br />
<b>* Persentase Penguluran</b><br />
Angka ini didapat dengan mengukur panjang serat sutera ketika ditarik hingga putus lantas dibandingkan dengan panjang serat mula-mula dikalikan 100%.<br />
<br />
<b>* Bulu-bulu</b><br />
Bulu-bulu tipis keputihan akan terlihat saat benang sutera sudah ditenun menjadi kain. Penyebabnya adalah fibroin yang pecah. Ini terjadi pada kelenjar sutera ulat-ulat stadia kelima. Bulu banyak terdapat pada serat sutera yang tebal dan serat kokon dari ulat yang terlalu matang.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-23130841293223305912013-03-25T21:43:00.000-07:002013-05-16T07:48:05.904-07:00Penyeleksian Kokon Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/kokon.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/kokon.gif" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Panen kokon harus dilakukan dengan hati-hati. Lapisan berbulu di bagian luar kokon perlu dibersihkan dari kotoran. Setelah itu perlu diadakan penyeleksian. Tujuannya untuk mendapatkan kokon-kokon yang baik. Kokon yang jelek disisihkan. Apabila di dalam kumpulan kokon yang baik terdapat kokon yang buruk, masa sebagai bahan baku pemintalan benang sutera hasilnya tidak akan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seleksi kokon perlu dilakukan secara teliti. Biasanya, dalam suatu unit usaha pemeliharaan ualat sutera ada bagian khusus, terdiri dari beberapa orang tenaga kerja yang melakukan penyeleksian kokon. Kokon yang jelek banyak macamnya. Semua kokon yang diklasifikasikan dalam kelompok ini tidak baik untuk dijadikan bahan benang pintal. Adapun macam-macam kokon yang termasuk dalam klasifikasi jelek adalah sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Kokon Berlubang</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kokon terdapat lubang-lubang, biasanya dibagian ujung. Penyebab kerusakan kokon bisa karena jenis ulatnya, tetapi bisa juga oleh sebangsa lalat (Trycholyga Fly) yang suka menaruh telur pada kulit ulat sutera dan merusak pada waktu pembetukan kokon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Kokon Kembar (double cocoon)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran kokon kembar ini besar dengan bulu bagian luar tidak beraturan. Kulit kokon banyak terdapat kerutan. Apabila dipintal, ujung serat ada dua atau lebih sehingga tidak dapat dijadikan bahan benang sutera. Kokon ini masih bisa dimanfaatkan untuk membuat benang dupion. Penyebab terjadinya dua ekor ulat atau lebih yang membuat kokon bersama-sama. Bisa juga karena alat pengokonan nkurang mencukupi, ulat terlalu matang atau cara pengokonan terlalu rapat.<br />
<br />
<b>* Kokon Kotor di dalam (inside soiled cocoon)</b><br />
Bagian dalam kokon terdapat kotoran yang melekat. Ini karena pemanenan yang lebih cepat daripada seharusnya sehingga pupa menjadi luka dan meninggalkan kotoran. Penyebab lain adalah ulat-ulat yang mati di dalam kokon.<br />
<br />
<b>* Kokon Kotor di luar (outside soiled cocoon)</b><br />
Pada bagian luar kokon ada kotoran-kotoran. Penyebab kotoran bisa karena jatuhan dari ulat lain, bekas ulat mati atau terkena kotoran dari kokon lain.<br />
<br />
<b>* Kokon Ujung Tipis (thin end cocoon)</b><br />
Kedua ujung kokon memiliki kulit yang kurang normal, yaitu tipis. Ulat betina lebih sering membuat kokon yang bentuknya seperti ini. Jenis bibit ulat dituding sebagai penyebabnya. Penyebab lain, selama masa inkubasi telur mendapat suhu lebih tinggi dari normal. Akan tetapi, waktu pemeliharaan suhu rendah dan lembab. Mungkin juga karena waktu pengokonan suhunya rendah, tetapi lingkungan kering.<br />
<br />
<b>* Kokon Kulit Tipis (thin shell cocoon)</b><br />
Serat kokon tidak berukuran normal, tetapi lebih tipis. Hal ini sering terjadi apabila pemeliharaan masa perulatan dilakukan kurang baik.<br />
<br />
<b>* Kokon Berbekas</b><br />
Pada kokon terdapat bekas-bekas cap bagian alat pengokonan. Penyebabnya karena konstruksi alat pengokonan kurang baik. Atau, ulat belum matang tetapi sudah dipindahkan. Bisa pula ulat jenis tertentu menghasilkan kokon seperti ini.<br />
<br />
<b>* Kokon Berbentuk Aneh ( deformed cocoons)</b><br />
Bentuk kokon tidak normal, ada yang asimetris, besar sebelah, ada yang kerucut dan lain-lain. Ulat yang kurang kuat sering membentuk kokon seperti ini. Penyebab lain karena jenis bibit yang kurang baik atau dikarenakan alat pengokonan jelek.<br />
<br />
<b>* Kokon Bulu</b><br />
Ukuran kokon besar dengan permukaan tidak rata dan banyak bulu. Kokon seperti ini banyak dihasilkan saat suhu panas dan udara kering waktu pengokonan. Jenis ulat tertentu mempunyai kecenderungan memproduksi kokon yang berbulu.<br />
<br />
<b>* Kokon dengan Kulit Berlapis (double layered cocoons)</b><br />
Lapisan kulit kokon ini lebih dari satu, bahkan sampai tiga lapis. Bila dilihat dari luar menunjukkan cacat, karena tidak terlihat. Perubahan suhu atau kelembapan yang ekstrim dengan mendadak diduga sebagai penyebabnya. Angin besar atau sinar matahari yang mengenai langsung termasuk salah satu faktornya.<br />
<br />
<b>* Kokon Berlekuk (thin middle cocoon)</b><br />
Kokon ini ujungnya normal, tetapi bagian tengahnya lebih kecil atau berlekuk. Selain bibit, yang diduga sebagai penyebabnya adalah inkubasi dalam suhu yang terlalu tinggi, ulat yang belum cukup matang sewaktu dipindah, serta keadaan pengokonan panas dan basah.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-42151406421146926392013-03-25T20:19:00.001-07:002013-05-16T07:47:22.309-07:00Waktu Pemungutan Kokon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Gj6HnJ6xEnq-TYa1lm6VXiuZRVWLp81GGCC5EqlE9GOJogzm0EBa8FXfcHoV1c_LB1gohG-h0A1kVGfWAmmbLaK5l4u0GIVr4WYzvTwcpKwSsMYHyN752ZwJ4iFM61_P4MdXS6UJjmhC/s1600/ulat10.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Gj6HnJ6xEnq-TYa1lm6VXiuZRVWLp81GGCC5EqlE9GOJogzm0EBa8FXfcHoV1c_LB1gohG-h0A1kVGfWAmmbLaK5l4u0GIVr4WYzvTwcpKwSsMYHyN752ZwJ4iFM61_P4MdXS6UJjmhC/s320/ulat10.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemungutan kokon harus dilakukan pada saat yang tepat. Panen tidak boleh terlalu cepat atau sebaliknya terlalu lambat.Pemelihara ulat harus sering melakukan pengecekan untuk menghindari kesalahan waktu panen. Panen lebih awal dari seharusnya akan mendapatkan kokon yang kurang baik. Kokon tersebut belum tumbuh sempurna. Pupa yang berada dalam kokon masih dalam kondisi lemah. Bila kokon diambil, kulit pupa akan mudah luka sewaktu diangkat atau dipindahkan. Akibatnya, bagian dalam kokon akan kotor. Jelas kokon seperti ini mutunya rendah. Reelability atau daya gulung kokon untuk proses pemintalan juga menurun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bila panen dilakukan terlambat juga akan rugi. Pupa yang berada dalam kokon akan berubah menjadi serangga dewasa. Hasilnya adalah ngegat atau serangga dewasa yang akan mencari jalan keluar dengan cara merusak kulit kokon. Akibatnya, kokon berlubang dan tidak bisa dimanfatkan untuk dipintal menjadi benang. Keterlambatan melakukan panen juga menyebabkan waktu pengeringan lebih pendek. Ini juga merugikan kualitas kokon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kapan saat melakukan penen yang tepat? Sekitar 5-7 hari setelah ulat sutera mengokon, sudah bisa dipanen. Pada saat itu, kulit pupa sudah cukup keras. Pengecekan dilakukan dengan melihat warna pupa dalam kokon. Bila pupa sudah berwarna cokelat, kokon sudah dapat dipanen.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-24151998072345610652013-03-22T07:17:00.002-07:002013-05-16T07:46:40.170-07:00Penyakit Akibat Keracunan pada Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH2_u7pgxvoK4fOkzeOQl1D9s-x4uMM3QMV-xRQchgvwCiQaCMlcyxawreLF2YBuwCFEhC9Lg7-PmujiCZRR2UcwLFGYIquazDvxCPePdsNXvB7WF8IupuHtZsNGh6duK0gIdfVa-ULUk/s1600/200911321.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH2_u7pgxvoK4fOkzeOQl1D9s-x4uMM3QMV-xRQchgvwCiQaCMlcyxawreLF2YBuwCFEhC9Lg7-PmujiCZRR2UcwLFGYIquazDvxCPePdsNXvB7WF8IupuHtZsNGh6duK0gIdfVa-ULUk/s320/200911321.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebun murbei yang berdekatan dengan kebun tembakau dapat menyebabkan terjadinya keracunan pada ulat sutera. Ulat yang keracunan tembakau menampakkan gejala seperti gerakan yang melemah, nafsu makan menghilang, tampak kesakitan, memuntahkan getah lambung, lalu terkulai dan jatuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akibat dari keracunan ini dapat disembuhkan dengan pemberian daun murbei yang segar. Jika keracunannya berat, pemulihan kondisi tubuh ulat memakan waktu cukup lama. Untuk mencegah keracunan, kebun murbei harus dijauhkan dari kebun tembakau minimal berjarak 100 m.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keracunan dapat pula disebabkan oleh pestisida yang disemprotkan ke daun murbei. Untuk mencegah hal ini daun murbei yang baru saja disemprot pestisida jangan diambil sebagai pakan ulat. Pengambilan baru dilakukan setelah pengaruh dari pestisida telah hilang.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-86275823901073624272013-03-22T06:51:00.000-07:002013-05-16T07:46:46.559-07:00Penyakit Flacherie pada Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/dsc07174.jpg?w=487" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/dsc07174.jpg?w=487" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanda-tanda umum dari serangan penyakit ini adalah bangkai ulat yang mati cepat hancur dan membusuk. Penyakit ini kemungkinan disebabkan oleh virus atau bakteri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Flacheri yang disebabkan Virus</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>* Grasserie (nuclear polyhidrosis)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah ulat menjadi tidak aktif dan kehilangan nafsu makan. Lebih lanjut, kulitnya menjadi berkeriput dan mudah terkelupas. Tampak juga bintik-bintik gelap pada permukaan kulit. Di samping itu, tubuh ulat tampak tidak berisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap segmen dari tubuh ulat tampak luka yang makin lama makin membesar sehingga ulat susah bergerak. Dari luka ini keluar nanah dan akhirnya ulat mati. Bangkai ulat cepat membusuk dan hancur sehingga sukar dibuang. Ulat yang terserang penyakit ini tidak dapat mengokon atau berganti kulit. Sifat khas dari ulat yang terserang penyakit ini adalah terbentuknya kristal polyhidral dalam inti selnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit seperti ini disebabkan olah Borrelina virus yang sukar sekali dibasmi atau dimusnahkan. Penularannya dapat melalui mulut, kulit, pernapasan atau dengan persinggungan antara ulat yang sakit dan yang sehat. Mencegah penyakit ini dilakukan desinfeksi terhadap semua alat dan ruang pemeliharaan dengan larutan formalin 3%.<br />
<br />
<b>* Cytoplasmic polyhidrosis</b><br />
<br />
Gejala<br />
Ulat yang terserang penyakit ini nafsu makannya hilang lalu menjadi tidak aktif dan terdapat nanah pada kotorannya. Apabila badan ulat dibelah usus ulat akan tampak berwarna putih. Pemeriksaan lebih cermat menunjukkan adanya kristal polyhidral di dalam sitoplasmanya.<br />
<br />
Penyebab<br />
Penyakit ini disebabkan oleh Smithia virus.<br />
<br />
<b>* Infectious flacherie</b><br />
<br />
Gejala<br />
Ulat yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala umum, yaitu muntah, tubuh tampak transparan, mengekerut, badannya kecil, pertumbuhan lambat, nafsu makan berkurang dan tidak aktif. Dengan hanya melihat gejala yang terlihat belum bisa dilakukan diagnosa.<br />
<br />
Penyebab<br />
Melalui pengamatan yang lebih cermat penyebab penyakit ini dapat ditemukan, yaitu Morator virus.<br />
<br />
Penanggulangan<br />
Penanggulangan penyakit flacheri yang disebabkan oleh virus adalah dengan desinfeksi terhadap semua alat dan ruang pemeliharaan dengan larutan formalin 3%. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>Flacherie yang disebabkan bakteri</b></span><br />
<br />
<b>* Sotto disease</b><br />
<br />
Gejala<br />
Ulat yang terserang penyakit ini akan kehilangan nafsu makan, tidak aktif, badan mengkerut, diare dan akhirnya mati. Serangan yang lebih hebat menyebabkan ulat tiba-tiba kehilangan nafsu makan, melilit, kejang lalu mati dalam waktu yang singkat. Bangkainya berubah menjadi coklat, lalu coklat kehitaman akhirnya menjadi hitam dan membusuk.<br />
<br />
Penyebab<br />
Matinya ulat tersebut disebabkan olah racun yang dikeluarkan oleh Bacillus thuringiensis.<br />
<br />
Penanggulangan<br />
Penanggulangan dilakukan dengan memisahkan ulat-ulat yang sakit lalu dimusnahkan. Ruangan keudian dideinfeksi dengan larutan formalin 3%.<br />
<br />
<b>* Septicemia</b><br />
<br />
Gejala<br />
Ulat kehilangan nafsu makan dan tidak aktif. Lebih lanjut ulat akan berhenti makan dan memuntahkan cairan berwarna hijau, hijau kuning, coklat jernih atau coklat tua. Kaki perut menjadi berkurang kekuatannya dan berakhir dengan kematian ulat. Bangkai ulat yang mati mengkerut dengan warna coklat gelap, merah atau hijau.<br />
<br />
Penyebab<br />
Jika bangkainya berwarna coklat gelap, penyebab penyakitnya adalah Bacillus proteus. Apabila bangkainya berwarna merah, bakteri yang menyerang adalah Bacillus proteus. Apabila bangkainya berwarna merah, bakteri yang menyerang adalah Bacillus prodigiosus dan jika bangkainya berwarna hijau, akibat serangan Bacillus pyocyanus.<br />
<br />
Penanggulangan<br />
Penanggulangan terhadap penyakit ini sama seperti pada sotto disease.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-41878500000643511502013-03-17T07:56:00.000-07:002013-05-16T07:45:43.005-07:00Penyakit Muscardine pada Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcShrOn6xmrY3YtkF1z5xc63Vj31lNBqk0N-OGtvERBdYjeBW1Ih" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcShrOn6xmrY3YtkF1z5xc63Vj31lNBqk0N-OGtvERBdYjeBW1Ih" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit yang ditandai dengan tidak mudah membusuknya bangkai ulat yang telah mati ini disebabkan oleh beberapa macam jamur. Penyakit ini dikenal an nama penyakit muscardine. Berdasarkan warna jamurnya dibedakan atas muscardine putih , hijau, kuning dan hitam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Muscardine Putih</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Gejala<br />
<div style="text-align: justify;">
Gejala penyakit belum tampak pada awal infeksi. Setelah infeksi berlanjut kelihatan becak-becak seperti noda minyak pada kulit tubuh ulat. Becak-becak ini kemudian mengeras seperti kaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keadaan seperti ini ulat mejadi tidak aktif dan nafsu makannya hilang. Tiga sampai tujuh hari setelah infeksi ulat akan mati. Tubuh ulat yang mati mengeras. Dalam waktu 1-2 hari seluruh tubuh ulat kelihatan seperti dilapisi tepung terigu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit muscardine putih disebabkan oleh jamur Beauveria bassiana. Infeksinya dapat terjadi sepanjang musim pemeliharaan dan dapat menyerang semua instar.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Muscardine Hijau</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat yang terserang penyakit ini menjadi tidak aktif dan kehilangan nafsu makan. Pada segmen-segmen tubuhnya timbul becak-becak kering da sedikit lubang berbentuk lingkaran. Salah satu atau beberapa becak akan tampak pada bagian perut, sisi tubuh dan punggung, yang kadang meluas menjadi becak yang besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat yang terserang penyakit ini selanjutnya mengalami diare dan kemudian mati. Bangkai ulat menjadi lemas dan elastis. Dalam waktu 2-3 hari bangkai akan tertutup miselia berwarna putih dan sekitar 10 hari kemudian bangaki berubah menjadi hijau tertutup oleh konidia jamur.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab penyakit ini adalah jamur Spicia prasina atau Nomuraea prasina.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Muscardine Kuning</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik-bintik hitam yang kemudian meluas menjadi becak bulat di sekeliling stigma ulat yang sakit. Kemudian ulat menjadi tidak aktif dan kehilangan nafsu makan. Serangan lebih lanjut menyebabkan ulat diare dan muntah, lalu mati. Bangkainya mengeras tertutup miselia dan dalam waktu sekitar 10 hari bangkai akan tertutup konidia yang berwujud seperti tepung berwarna kuning.<br />
<br />
Penyebab<br />
Penyakit muscardine kuning disebabkan oleh serangan jamur Isaria farimosa.<br />
<br />
<b>Muscarnine Hitam</b><br />
<br />
Gejala<br />
Gejala awal mirip penyakit muscardine yang lain. Namun , becak yang ditimbulkannya besar dan berair. Bangkai ulat yang terserang kemudian berubah menjadi putih, hijau, hijau gelap dan akhirnya menjadi hitam.<br />
<br />
Penyebab<br />
Di Eropa, penyakit ini disebut muscardine hijau yang disebabkan oleh serangan jamur Oospora destructor.<br />
<br />
Penanggulangan<br />
Untuk mencegah serangan muscardine, semua peralatan dan ruang pemeliharaan, sebelum digunakan, didesinfeksi dengan larutan formalin 2%. Selain itu dilakukan pula desinfeksi terhadap telur yang akan ditetaskan dengan larutan formalin 1 % selama 20 menit. Kemudian telur dicuci dengan air lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh.<br />
Desinfeksi tidak berguna bila spora jamur telah menyerang ulat dan berkembang di dalamnya. Ulat yang sudah terlanjur terserang segera dimusnahkan dengan cara dibakar. Penyakit muscardine berkembang dengan cepat pada tempat yang mempunyai kelembapan tinggi. Pada kelembapan di bawah 75%, penyakit tersebut sulit berkembang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-69998305365185996252013-03-16T08:08:00.003-07:002013-05-16T07:45:20.278-07:00Penyakit Pebrine pada Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWJvsH8Wpt3ej7N3EJ_qRIT_8trGIN0-0hmknkHFVIe9TLt9_CCfmm_y1vPi6Ne1Ocp_q45Y1xPvb8VvQFpDZuhGBF0QYkbg6CSY0jiNp7d84NMjsq1boIyh3aXYQ_lxNiKxKCtLZs7btX/s1600/ulat-sutra.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWJvsH8Wpt3ej7N3EJ_qRIT_8trGIN0-0hmknkHFVIe9TLt9_CCfmm_y1vPi6Ne1Ocp_q45Y1xPvb8VvQFpDZuhGBF0QYkbg6CSY0jiNp7d84NMjsq1boIyh3aXYQ_lxNiKxKCtLZs7btX/s1600/ulat-sutra.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Gejala</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat yang terserang akan kehilangan nafsu makan dan pertumbuhannya menjadi tidak seragam. Serangan lebih lanjut membuat ulat berhenti makan, tubuhnya menkerut, akhirnya mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Serangan pada ulat kecil menyebabkan ulat tidak dapat berganti kulit, sehingga tetap tiggal pada instar III atau IV lebih dari 10 hari. Tanda lain dapat dilihat pada ngegat yang terserang pebrine. Ngengat yang terserang akan sukar keluar dari kulit pupa. Sayap ngengat tetap mengkerut tidak mengembang sempurna dan gerakannya lamban, serta pasif sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penyebab</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit seperti ini disebabkan oleh binatang bersel tunggal yang disebut Nosema bombycis. Ulat yang terserang penyakit ini pada setiap bagian tubuhnya mengandung penyakit terutama dalam kelenjar suteranya. Penyakit ini pernah memporak-porandakan usaha pemeliharaan ulat sutera di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Spora dari Nosema bombycis yang keluar dari tubuh ulat yang sakit dapat melekat pada daun murbei, alas atau alat-alat pemeliharaan. Ulat yang sehat dapat tertulari jika memakan daun yang mengandung spora tersebut atau bersentuhan dengan alas atau alat pemeliharaan yang tercemari spora.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Penanggulangan</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Penanggulangan terhadap penyakit ini sangat sulit. Ulat yang sudah terserang sebaiknya segera dibakar kemudian tempat dan alat pemeliharaan didesinfeksi dengan larutan formalin 2%. Spora dari penyakit ini tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga untuk membersihkan tempat yang tercemar perlu waktu lama dan dilakukan dengan cermat.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-3631101001394845172013-03-16T07:53:00.003-07:002013-05-16T07:45:08.333-07:00Hama Ulat Sutera Pediculoides ventricosus<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://dc354.4shared.com/doc/6Oa5CE0F/preview_html_m33840055.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://dc354.4shared.com/doc/6Oa5CE0F/preview_html_m33840055.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Gejala</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala serangan berupa bintik-bintik hitam pada integumen ulat. Serangan hama ini cukup hebat. Ulat dapat mati 1-2 jam setelah serangan. Hama ini berwujud tungau yang melekat pada kulit yang lunak di antara segmen tubuh ulat dan mengisap cairan tubuhnya. Air ludah yang dikeluarkan mengandung racun yang dapat mematikan ulat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Penyebab</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain menyerang ulat sutera, hama ini juga menyerang serangga-serangga seperti Sitotrogus ceredela, Oligomerus bruneus, Callidium rufipennis dan Chilo simplex. Jika serangga-serangga ini sampai terbawa masuk ke ruang pemeliharaan, bersama jerami, kayu atau bambu, misalnya, maka ulat sutera dapat tertulari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penanggulangan</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Pencegahan terhadap serangan ham ini dilakukan dengan sterilisasi terhadap jerami, kayu atau bambu yang digunakan dalam pemeliharaan dengan menggunakan formalin atau kaporit.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-5250084148362514252013-03-16T07:43:00.001-07:002013-05-16T07:44:26.358-07:00Hama Ulat Sutera Tricholyga sorbillans<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEACnxCjfa1hGGqYwH1Fq-yuosLWKiPxB_IIvy090RVJlGBKAHlqIyHtYVkoN3ixlzqu7tzVtWS2WhVyL_CBVxae1zPccKaXRZDIATYcQH8Ptzp9cXPOAg-xgy740lR_kTCDvmvIhNcNil/s1600/ulat+sutra.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEACnxCjfa1hGGqYwH1Fq-yuosLWKiPxB_IIvy090RVJlGBKAHlqIyHtYVkoN3ixlzqu7tzVtWS2WhVyL_CBVxae1zPccKaXRZDIATYcQH8Ptzp9cXPOAg-xgy740lR_kTCDvmvIhNcNil/s1600/ulat+sutra.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Gejala</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Serangan pada instar IV atau sebelumnya, menyebabkan ulat mati sebelum membentuk kokon. Ulat yang terserang dalam instar V dapat menghasilkan kokon, tetapi tidak dapat membentuk pupa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penyebab</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Infeksi ke dalam tubuh ulat terjadi melalui kulit. Lalat Tricholyga sorbillans meletakkan telurnya pada bagian tubuh ulat yang tersembunyi, dada atau lipatan kulit. Telur berwarna kuning jernih berukuran 0,7 mm. Pada bagian tubuh ulat biasa dijumpai 2-3 telur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah 2-10 hari, telur menetas menjadi larva dan menembus kulit masuk ke dalam tubuh ulat. Jika larva telah berukuran kira-kira 9-10 mm akan meninggalkan tubuh ulat, masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa. Bentuk dewasa dari larva ini berupa lalat berwarna kuning keabuan dengan garis memanjang pada punggung dan garis melintang pada perutnya. Ukuran tubuhnya antara 18-20 mm.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penanggulangan</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencegah serangan lalat ini, jendela, pintu atau lubang-lubang lain yang terdapat di tempat pemeliharaan di pasang kawat kasa agar lalat tidak dapat masuk. Ulat yang sudah terserang segera dimusnahkan dengan cara dibakar.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-81582437410494573832013-03-13T03:54:00.005-07:002013-05-16T07:44:05.148-07:00Hama Ulat Sutera Ctenophorocera pravida<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg2Or0phlFdg-yDW7Wcj3fB9vJ0OhB3saqig6nraoWW-Np_u_IapfvI88vnVV5M9kVGbJRdYivctO4LPOOxsG-nykdTpCuF3129FpRFEE-Li8VDSPJ-ZP22Q-KC1F1yE9j41oK3GuxSHY/s1600/1206363242_ulat-sutra-unggulan-kec-alla.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="218" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg2Or0phlFdg-yDW7Wcj3fB9vJ0OhB3saqig6nraoWW-Np_u_IapfvI88vnVV5M9kVGbJRdYivctO4LPOOxsG-nykdTpCuF3129FpRFEE-Li8VDSPJ-ZP22Q-KC1F1yE9j41oK3GuxSHY/s320/1206363242_ulat-sutra-unggulan-kec-alla.jpg" width="320" /></a></div>
<b><i>Gejala</i></b><br />
<div style="text-align: justify;">
Serangan awalnya tidak menunjukkan gejala yang nyata. Serangan lebih lanjut menyebabkan becak-becak bulat berdiametar 1-2 mm, berwarna hitam pada kulit ulat. Becak-becak ini tetap kelihatan setelah ulat ganti kulit dan menjadi pupa. Selanjutanya ulat akan mati atau kadang ada yang dapat mengokok dan membentuk pupa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penyebab</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab serangan adalah larva lalat Ctenophorocera pravida yang masuk ke dalam tubuh ulat berbentuk telur yang tertelan bersama daun murbei yang dimakannya. Telur ini berukuran 0,15 mm berwarna hitam. Dalam saluran pencernaan ulat, telur menetas menjadi larva lalu menuju ke kelenjar sutera selanjutnya menuju ke dada. Kira-kira 10 hari semenjak telur tertelan oleh ulat, larva akan meninggalkan tubuh ulat, masuk ke tanah dan menjadi pupa. satu sampai dua minggu kemudian berubah menjadi lalat berwarna biru gelap, mengkilap seperti metal. Ukuran tubuhnya sekitar 7-9 mm.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penanggulangan</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencegah serangan hama ini, daun murbei yang akan diberikan pada
ulat harus bebas dari telur lalat tersebut. Untuk mematikan telur, daun
murbei dapat direndam dalam air bersuhu 50 derajat celsius selama 5
menit. Larva-larva yang keluar dari kokon dapat dibasmi dengan
insektisida. Ulat yang sudah terserang sebaiknya dimusnahkan dengan cara
dibakar.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-55644362893798513972013-03-13T03:41:00.003-07:002013-05-16T07:43:55.623-07:00Hama Ulat Sutera Crossocosmia zebina<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQxGJUu3pQ8Aa9AKH2dZcE9DY_mg8KJdUcAqzW3yZLZUuSDWcr" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="140" src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQxGJUu3pQ8Aa9AKH2dZcE9DY_mg8KJdUcAqzW3yZLZUuSDWcr" width="320" /></a></div>
<b><i>Gejala</i></b><br />
<div style="text-align: justify;">
Gejala awal dari serangan hama ini terhadap ulat sutera tidak kelihatan. Serangan lebih lanjut menyebabkan ulat menjadi tidak aktif dan kehilangan nafsu makan kemudian kelihatan becak-becak hitam di sekitar stigma. Serangan yang terjadi pada instar V tidak segera mematikan ulat sehingga ulat masih sempat menghasilkan kokon, tetapi pupanya kemudian mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Penyebab</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat yang mengalami gejala seperti di atas dalam tubuhnya mengandung larva dari lalat Crossocosmia zebina. Larva ini masuk ke dalam tubuh ulat dalam bentuk telur yang tertelan saat ulat makan murbei. Telur ini berwarna hitam dengan ukuran 0,5 mm menempel pada daun murbei. Ulat yang masih kecil tidak dapat menelan telur. Setelah ulat memasuki instar IV dan V telur ini baru bisa tertelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Telur yang tertelan oleh ulat akan menetas dalam saluran pencernaannya dalam waktu sekitar 10 menit. Larva kemudian akan menembus dinding pencernaan dan masuk ke cairan tubuh selanjutnya menuju sel ganglion lalu ke stigma. Jika dalam tubuh ulat terdapat 2-3 larva, ulat akan mati sebelum mengokon atau hanya menghasilkan kokon yang tipis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam tubuh ulat larva tadi dapat mencapai panjang 2 cm. Larva yang telah mencapai ukuran ini akan keluar dari tubuh ulat dan menembus kokon untuk menjadi pupa di luar. Bentuk dewasa dari larva ini berukuran 15 mm. Warna tubuhnya hitam keabuan dengan lingkaran cokelat kemerahan pada sisi perut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Penanggulangan</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencegah serangan hama ini, daun murbei yang akan diberikan pada ulat harus bebas dari telur lalat tersebut. Untuk mematikan telur, daun murbei dapat direndam dalam air bersuhu 50 derajat celsius selama 5 menit. Larva-larva yang keluar dari kokon dapat dibasmi dengan insektisida. Ulat yang sudah terserang sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-42928899295542278192013-03-02T04:59:00.002-08:002013-05-16T07:43:12.836-07:00Hama dan Penyakit Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMXYbqEY5vHKGPNFSmPY-ybhnRteqrtqOQg06gb41lVTAHk1tcvb-blTXewPapjJOV1JhNKHCxbUEEFd8o5ezmIt_P9sd2eoFED6P1Wh8LZKIJ2jbrgmuBenBON-oCBQnwDoP6K4p0HHg3/s1600/pic-ulat-sutera-011.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMXYbqEY5vHKGPNFSmPY-ybhnRteqrtqOQg06gb41lVTAHk1tcvb-blTXewPapjJOV1JhNKHCxbUEEFd8o5ezmIt_P9sd2eoFED6P1Wh8LZKIJ2jbrgmuBenBON-oCBQnwDoP6K4p0HHg3/s320/pic-ulat-sutera-011.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain cara pemeliharaan yang benar, keberhasilan pemeliharaan ulat sutera juga ditentukan oleh keahlian si pemelihara menghindarkan ulat-ulatnya dari serangan hama dan penyakit. Menghindarkan ulat dari serangan hama dan penyakit berarti menjaga ribuan, puluhan, atau ratusan ribu dan bahkan mungkin jutaan ulat agar jangan sampai terserang hama dan penyakit. Suatu usaha yang tidak dapat dikatakan mudah, tetapi harus dapat dilakukan oleh setiap pemelihara ulat sutera. Disamping serangan hama dan penyakit, gangguan terhadap kesehatan ulat sutera bisa juga disebabkan karena keracunan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hama Ulat Sutera</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hama merupakan organisme berukuran relatif besar yang merugikan. Bisa sebagai parasit atau bisa juga sebagai hewan pemangsa. Hama-hama yang sering menyerang ulat sutera diantaranya adalah sebagai berikut.</div>
<ol>
<li>Crossocosmila zebina</li>
<li>Ctenophorocera pravida</li>
<li>Tricholyga sorbillans</li>
<li>Pediculoides ventricosus</li>
<li style="text-align: justify;">Hama lain; tikus, cicak dan semut dapat menimbulkan gangguan terhadap ulat sutera. Hewan-hewan ini memangsa ulat sehingga kehadirannya dalam ruang pemeliharaan perlu diwaspadai. Untuk mencegah serangan hama ini, ruang pemeliharaan harus diusahakan selalu bersih dan tidak ada celah-celah yang bisa digunakan sebagai tempat persembunyian hama. Selain itu, dapat pula dilakukan tindakan pemberantasan terhadap tikus, cicak dan semut.</li>
</ol>
<b>Penyakit Ulat Sutera</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Gangguan terhadap kehidupan ulat sutera tidak hanya dari organisme berukuran besar saja. Berbagai mikroorganisme juga sering menyerang ulat sutera, sehingga mengakibatkan bermacam-macam penyakit, di antaranya adalah sebagai berikut.</div>
<ol>
<li>Penyakit pebrine</li>
<li>Penyakit muscardine</li>
<li>Penyakit flacherie</li>
<li style="text-align: justify;">Penyakit akibat keracunan; Kebun murbei yang berdekatan dengan kebun tembakau dapat menyebabkan terjadinya keracunan pada ulat sutera. Ulat yang keracunan tembakau menampakkan gejala seperti gerakan yang melemah, nafsu makan menghilang, tampak kesakitan, memuntahkan getah lambung, lalu terkulai dan jatuh. Akibat dari keracunan ini dapat disembuhkan dengan pemberian daun murbei yang segar. Jika keracunannya berat, pemulihan kondisi tubuh ulat memakan waktu cukup lama. Untuk mencegah keracunan, kebun murbei harus dijauhkan dari kebun tembakau, minimal beranjak 100 m. Keracunan dapat pula disebabkan oleh pestisida yang baru saja disemprot pestisida jangan diambil sebagai pakan ulat. Pengambilan baru dilakukan setelah pengaruh dari pestisida telah hilang.</li>
</ol>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-28206682588729499562013-02-27T18:32:00.004-08:002013-05-16T07:42:59.389-07:00Cara Pengokonan Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/Ulat-sutera-instar-ke-5-aka.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/Ulat-sutera-instar-ke-5-aka.gif" width="320" /></a></div>
<a href="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/ulatsuteradewasa.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Untuk memindahkan ulat ke tempat pengokonan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><i><b>Diambil satu-satu</b></i> ; ulat yang siap mengokon diambil satu per satu, dikumpulkan lalu dipindahkan ke tempat pengokonan. Untuk menghemat tenaga, waktu pengambilan ulat dapat ditangguhkan sampai hampir semua ulat siap mengokon, baru dikumpulkan dan dipindahkan. Dengan cara akan dihasilkan kokon yang baik. Nmun karena masih ada beberapa ulat yang belum siap mengokon ikut dipindahkan, nantinya tetap ada kokon yang kurang baik. </li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li><i><b>Pemindahan dengan jaring</b></i> ; apabila diketahui ada ulat yang siap mengokon, sasak diberi daun murbei lalu dipasang jaring di atasnya. Ulat yang siap mengokon akan naik ke atas jaring dan yang belum siap mengokon akan tetap makan daun murbei di bawah jaring. Ulat yang naik ke atas jaring dikumpulkan dan dipindahkan ke tempat pengokonan. Atau jaring beserta ulat tadi diletakkan di tempat pengokonan sehingga ulat-ulat akan pindah dengan sendirinya. </li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li><b><i>Menggunakan cabang pohon</i></b> ; cabang atau ranting pohon yang tidak berbau dan berdaun licin ditaruh di atas sasak. Dengan cara ini ulat yang siap mengokok akan naik ke ranting. Setelah ulat naik ke ranting, segera dikumpulkan dan dipindahkan ke tempat pengokonan. </li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li><b><i>Pengokonan secara alam</i></b> ; jika sudah terlihat beberapa ulat siap mengokon, sasak diberi daum murbei dan atasnya di taruh tempat pengokonan. Ulat yang siap mengokon akan menempatkan diri pada tempat tersebut. Bila tempat pengokonan sudah penuh, dapat diganti dengan yang lain. Demikian dilakukan berkali-kali sampai ulat di atas sasak habis. Jika masih ada beberapa yang masih tersisa, dapat diambil satu-satu dan dipindahkan ke tempat pengokonan. Dengan cara seperti ini, akan dihasilkan kokon yang semurna. Hanya saja waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan ulat dari masing-masing sasak menjadi semakin lama.</li>
</ul>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-35585910868487480272013-02-26T05:38:00.001-08:002013-05-16T07:42:50.630-07:00Tempat Pengokonan Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/pengokonan-sf-kokon.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/pengokonan-sf-kokon.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari waktu ke waktu model dari tempat pengokonan selalu berubah-ubah. Perubahan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan model lama dengan tujuan perbaikan kualitas kokon, efisiensi tenaga, tempat dan sebagainya. Namun, konsekkuensinya harganya semakin mahal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awalnya cabang serta ranting pohon digunakan sebagai tempat pengokonan. Kemudian muncul tempat pengokonan dari jerami. Ada lagi tempat pengokonan yang terbuat dari bambu yang digantung. Belakangan ada alat pengokonan rotary (berputar) yang terbuat dari karton tebal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat pengokonan rotary ini dianggap paling baik karena dengan alat ini dapat dihasilkan kokon yang sempurna. Selain itu, terhindar dari terjadinya kokon ganda, dua ulat membuat kokon saling berimpit, seakan-akan ada satu kokon berisi dua pupa.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-82773651911068109212013-02-26T05:29:00.001-08:002013-05-16T07:41:22.107-07:00Pengokonan Ulat sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/ulatsuteradewasa.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/ulatsuteradewasa.gif" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar 21 hari setelah menetas, ulat mulai membuat kokon sebagai persiapan memasuki masa berkepompong. Pembuatan kokon selesai dalam waktu tiga hari. Ulat yang siap mengokon mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Tubuhnya kelihatan bening, transparan, berwarna kekuningan.</li>
<li>Napsu makan berkurang atau hilang sama sekali.</li>
<li>Ulat cenderung berjalan ke pinggir atau naik ke sisi sasak.</li>
<li>Dari mulutnya keluar serat sutera.</li>
<li>Kotoran yang keluar berwarna cokelat kekuningan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Bila ulat instar V sudah menunjukkan gejala seperti di atas, segera dipindah ke tempat pengokonan. Dari ribuan ulat yang dipelihara, saat mengokonnya tidak serempak. Bila beberapa ulat mulai mengokon, sebaiknya diambil satu per satu dan dipindahkan ke tempat pengokonan. Jika ada beberapa yang belum mengokon, terus diberi makan sampai siap mengokon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemindahan ulat ke tempat pengokonan ini sebaiknya dilakukan tepat pada saat ulat akan mengokon. Ulat yang dipindahkan terlalu awal ke tempat pengokonan akan mengganggu ulat lain yang sudah mengokon, karena ulat yang belum siap mengokon ini hanya akan berjalan ke sana ke mari. Sedangkan pemindahan yang terlalu lambat, maka kokon yang dihasilkan tidak akan sempurna atau kecil-kecil karena sutera dalam tubuhnya tinggal sedikit. Selama ulat mengokon, suhu ruangan diusahakan berkisar antara 23-25 derajat celcius dengan kelembapan 60-70%. Pertukaran udara harus dapat berlangsung dengan lancar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awal pengokonan, ulat masih mengeluarkan kotoran. Jika kotoran ini tidak segera dibersihkan akan membuat ruangan menjadi lembab. Untuk menghindarinya, di bawah tempat pengokonan dipasang kertas koran untuk menampung kotoran. Begitu kotoran kelihatan banyak segera dibuang berikut kertasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahap pengokonan ini tempat pengokonan dan cara melakukan pengokonan sangat berpengaruh terhadap kualitas kokon yang dihasilkan.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-14307151114270821422013-02-25T20:26:00.002-08:002013-05-16T07:41:02.983-07:00Pemeliharaan Ulat Besar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://triandika.net/wp-content/uploads/2009/06/dsc00220-300x225.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://triandika.net/wp-content/uploads/2009/06/dsc00220-300x225.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan ulat besar di sini adalah ulat sutera yang sudah mencapai instar IV dan V. Instar IV berlangsung sekitar 6 hari, sedangkan instar V berlangsung sekitar 5 hari. Akhir dari instar V adalah berubahnya bentuk ulat menjadi pupa atau kepompong yang diawali dengan pembentukan kokon. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar ini sama sama dengan pada pemeliharaan ulat kecil. Hanya perlakuannya saja yang berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti pada pemeliharaan ulat kecil, dalam pemeliharaan ulat besar juga perlu diperhatikan hal-hal seperti persyaratan lingkungan, pemberian pakan, perlakuan pada saat ulat istirahat, serta pembersihan dan perluasan tempat pemeliharaan.<br />
<br />
<ul>
<li>Persyaratan lingkungan ; ulat besar membutuhkan suhu dan kelembapan yang lebih rendah dibanding ulat kecil. Suhu udara 24-26 derajat celcius dengan kelembapan 70-75% sangat baik untuk pemeliharaan ulat besar. Selain suhu dan kelembapan, ulat besar menuntut sirkulasi udara yang lancar. Mudah dipahami, karena semakin besar tubuh ulat kebutuhan akan oksigen semakin besar pula. Disamping itu, pengeluaran zat-zat yang tidak berguna, seperti CO2, juga semakin banyak. Tanpa sirkulasi yang lancar, udara di tempat pemeliharaan yang sarat dengan ulat menjadi kotor dan lembab. Akhirnya, berpengaruh terhadap kesehatan ulat. Belum lagi ditambah dengan gas yang keluar dari kotorannya. Untuk menjaga agar udara tetap bersih, sirkulasi udara harus diatur dengan cara membuka jendela-jendela dalam ruangan. Dalam keadaan seperti ini udara luar dapat masuk menggantikan udara ruangan yang sudah kotor. Pertukaran udara yang lancar akan membuat udara dalam ruangan senantiasa bersih dan dapat menghindarkan ulat dari serangan penyakit yang muncul karena udara kotor. </li>
</ul>
<ul>
<li>Pemberian Pakan ; Berbeda dengan ulat kecil, ulat besar ini rakus sekali dalam hal makan. Tubuhnya yang lebih besar menuntut jumlah pakan yang lebih banyak. Pada instar IV, tiap boks bibit perlu kira-kira 100 kg daun sedangkan pada instar V sampai berhenti makan, mengokon, sekitar 700 kg daun yang dapat dihabiskan. Daun yang diberikan pada ulat-ulat besar berupa lembaran daun yang utuh berikut rantingnya. Jadi berat daun di atas merupakan berat daun di tambah ranting. Semua daun bisa diberikan asal masih segar dan berasal dari umur pengkasan 2,5-3 bulan. </li>
</ul>
<ul>
<li>Perlakuan pasa saat ulat istirahat ; Ulat instar V dan V mengalami satu kali istirahat, yaitu menjelang terjadinya pergantian kulit yang keempat atau terakhir. Pada waktu ulat mencapai instar IV dan V dilakukan dua kali desinfeksi, yaitu pada awal instar IV saat ulat baru bangun dari istirahat dan pada awal instar V setelah ulat menyelesaikan pergantian kulit yang terakhir. Cara desinfeksi dari jenis desinfektan yang diberikan sama seperti pada ulat kecil, hanya persentase serbuk kaporit atau formalinnya yang berbeda. Untuk desinfeksi ulat besar, perbandingan antara serbuk kaporit atau formalin dengan kapur adalah 10% serbuk kaporit atau formalin dan 90% kapur. Desinfektan ini diberikan sebanyak 4 gr/0,1 meter persegi untuk instar IV dan 5 gr/0,1 meter persegi untuk instar V. Seperti pada pemeliharaan ulat kecil, apabila 90& ulat telah tidur, pemberian makan supaya dihentikan dan dilanjutkan kembali setelah 80% ulat sudah mulai bangun. </li>
</ul>
<ul>
<li>Pembersihan dan perluasan tempat ; Semakin besar ulat, tempat pemeliharaannya makin cepat kotor, karena ulat-ulat besar mengeluarkan kotoran jauh lebih banyak dibanding ulat kecil. Karena itu, setiap hari perlu dilakukan pembersihan tempat. Waktu pembersihan sebaiknya pada pagi hari dan cara pembersihannya sama seperti pada ulat kecil. Selain pembersihan tempat, perlu pula dilakukan perluasan tempat. Selam ulat dalan instar IV dilakukan empat kali perluasan masing-masing menjadi 5,5; 6,5; 7 dan 9 meter persegi. Pada waktu ulat memasuki instar V dilakukan 3 kali perluasan tempat menjadi 12, 14 dan 16-18 meter persegi.</li>
</ul>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-9957896136234165192013-02-25T05:24:00.000-08:002013-05-16T07:40:49.150-07:00Pembersihan dan Perluasan Tempat pada Pemeliharaan Ulat Kecil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/memasang-jaring-ulat-sutera.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/memasang-jaring-ulat-sutera.gif" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat sutera dipelihara dalam satu tempat yang memungkinkan kotoran, sisa-sisa makanan, dan ulat menjadi satu. Pada saat tertentu, kotoran dan sisa-sisa makanan menumpuk sehingga dapat mengganggu kesehatan ulat. Karenanya, tempat pemeliharaan perlu dibersihkan. Untuk ulat instar I, pembersihan dilakukan sekali, instar II pembersihan dilakukan dua kali dan instar III dilakukan tiga kali. Lebih baik jika pembersihan tempat ini dilakukan saat tempat pemeliharaan sudah terlihat kotoran dan penuh sisa makanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembersihan tempat dilakukan dengan cara memasang jaring di atas sasak. Di atas jaring diberi daun murbei. Dengan cara ini ulat akan naik ke atas jaring untuk memakan daun murbei yang baru diberikan. Apabila semua ulat telah naik ke atas jaring, jaring berikut daun murbei diangkat. Sasak dibawahnya dibersihkan atau diganti. Setelah sasak bersih, ulat dan daun murbei ditaruh kembali di atas sasak tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembersihan tempat dapat pula diikuti dengan perluasan tempat, karena dengan bertambah besarnya ulat, diperlukan tempat yang lebih luas. Pada instar I, ulat membutuhkan tempat sekitar 1 meter persegi, instar II memerlukan kurang lebih 2 meter persegi dan instar III sekitar 5 meter persegi. Ukuran tersebut untuk populasi ulat sekitar 20.000.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-58562485912239513022013-02-25T05:00:00.000-08:002013-05-16T07:40:33.363-07:00Perlakuan pada saat Ulat Kecil Ganti Kulit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjix17ecuGp5wUul_V6nICh7QagmjKUki82ot4cQymud7zOXVngBFm3K6znt-TREYYMpDAGly0dTfzIoR4oTqX5P4uAMXFDDd0C3AJzZROa-H_o0l2iUQib0-SOWph4pdjgYLxl67F_lHdI/s1600/UK+dan+murbei.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="172" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjix17ecuGp5wUul_V6nICh7QagmjKUki82ot4cQymud7zOXVngBFm3K6znt-TREYYMpDAGly0dTfzIoR4oTqX5P4uAMXFDDd0C3AJzZROa-H_o0l2iUQib0-SOWph4pdjgYLxl67F_lHdI/s320/UK+dan+murbei.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir dari masing-masing instar ditandai dengan terjadinya pergantian kulit, kecuali instar V. Menjelang terjadinya pergantian kulit, ulat tidak melakukan aktivitas dan dikatakan ulat sedang istirahat atau tidur. Tanda-tanda dari ulat yang sedang istirahat ini adalah berhenti makan, tidak bergerak dan kepala sedikit diangkat ke atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama ulat istirahat, pemberian pakan dihentikan. Dalam praktik pemeliharaan, masa istirahat ini tidak terjadi secara serempak. Ada kalanya beberapa ulat sudah istirahat sementara yang lainnya masih rajin makan. Dalam keadaan seperti itu, pemberian makan terus dilakukan, tetapi dengan jumlah yang disesuaikan. Setelah kira-kira 90% ulat istirahat, pemberian pakan dapat dihentikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian pakan dilakjutkan kembali setelah ulat selesai berganti kulit. Selesainya pergantian kulit juga tidak sama. Lagi-lagi ketidak bersamaan ini membuat sedikit kerepotan. Kali ini dalam hal pemberian pakan. Untuk mulai memberi pakan lagi harus ditunggu sampai kira-kira 80% ulat sudah selesai ganti kulit. Ulat yang telah selesai menjalani pergantian kulit, akan melahap makanan yang disediakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira 0,5-1 jam sebelum pemberian pakan, perlu dilakukan desinfeksi terhadap tubuh ulat. Desinfeksi ini perlu karena kulitnya menjadi lebih peka terhadap serangan penyakit. Desinfeksi dilakukan dengan cara menaburkan campuran 5% serbuk kaporit atau formalin dengan 95% kapur, seperti desinfeksi pada ulat yang baru menetas. Pada stadium ulat kecil ini dilakukan dua kali desinfeksi, yaitu setelah ulat selesai mengalami pergantian kulit yang pertama dan kedua. Masing-masing sebanyak 2 dan 3 gr (campuran kaporit/formalin dan kapur) tiap 0,1 meter persegi.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-10649608041688682872013-02-24T20:55:00.000-08:002013-05-16T07:38:41.214-07:00Pemeliharaan Ulat Kecil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtKf2urZToAa1nZMhpoC9SGrsdQBCqJXZuwk9dbGVYYLdn7KQpsp3dnVt8Dh5kXXd8ldGyMeo_D1nrW3vxSEGSeVbrlf_Wrb0WDEyJpWoFB44LdKwH2-l4FDPPBBPe3mts4IDbGN3eAS1q/s1600/ulat+sutra.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtKf2urZToAa1nZMhpoC9SGrsdQBCqJXZuwk9dbGVYYLdn7KQpsp3dnVt8Dh5kXXd8ldGyMeo_D1nrW3vxSEGSeVbrlf_Wrb0WDEyJpWoFB44LdKwH2-l4FDPPBBPe3mts4IDbGN3eAS1q/s320/ulat+sutra.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan ulat kecil adalah ulat yang baru mencapai instar I, II dan III. Masing-masing instar memerlukan waktu sekitar 3 hari. Perubahan dari instar I ke instar selanjutnya ditandai dengan terjadinya pergantian kulit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pemeliharaan yang sebenarnya, perhitungan waktu dari masing-masing instar tidak tepat seperti gambaran di atas. Yang pasti, selama pemeliharaan ulat kecil akan mengalami 3 kali istirahat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama berlangsungnya pemeliharaan ulat keci kiranya perlu sekali diketahui hal-hal seperti persyartan lingkungan bagi ulat kecil, pemberian pakan, perlakuan pada saat ulat istirahat, serta pembersihan dan perluasan tempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Persyaratan Lingkungan ; Pemeliharaan ulat pada instar I dan II, paling baik dilakukan pada suhu ruang 26-28 derajat celcius dengan kelembapan 80-90%. Memasuki instar ke III, suhu tempat pemeliharaannya diusahakan tetap pada suhu 26 derajat celcius dengan kelembapan 80%. Karena ukuran tubuh ulat masih kecil, maka kebutuhan oksigen masih sedikit dan udara kotor saat resparasi juga masih sedikit. Olah karena itu, pengaturan sirkulasi udara di tempat pemeliharaan belum banyak diperlukan.</li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Pemberian Pakan ; Bagi ulat sutera, makan merupakan aktivitas penimbunan energi guna menghadapi puasa panjang, saat berbentuk pupa atau kepompong. Selain itu, pakan juga akan dibentuk menjadi benang-benang sutera sebagai pelindung pupa. Karenannya, pakan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kokon. Pakan berupa daun murbei dengan kualitas baik akan membuat kualitas kokon pun semakin baik. Daun murbei yang diberikan kepada ulat harus segar, bersih dan bebas dari pestisida. Untuk pakan ulat kecil, daun diambil dari umur pangkasan sebulan. Sewaktu ulat masih dalam instar I, daun yang diberikan diambil sampai lembar 4-5 dari pucuk, memasuki instar II sampai lembar 6-7 dan memasuki instar III sampai lembar 7-8 dapat diberikan. Karena ulat masih berukuran kecil, daun yang diberikan sebaiknya terlebih dahulu dirajang. Ukuran rajangan daun untuk instar I, II dan III berturut-turut adalah 0,5-1 cm, 1,5-2 cm, dan 3-5 cm. Ulat instar I kira-kira menghabiskan daun sebanyak 2 kg, instar II membutuhkan 5 kg dan instar III memerlukan 30 kg. Perkiraan kebutuhan pakan ini berlaku untuk pemeliharaan ulat dari satu boks bibit. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang atau malam hari. </li>
</ul>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-64531938079541854482013-02-20T18:48:00.000-08:002013-05-16T07:38:33.246-07:00Pemeliharaan Ulat yang baru Menetas<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/gambar-telur.jpg?w=500&h=333" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/gambar-telur.jpg?w=500&h=333" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat yang baru menetas tergolong ulat kecil. Namun, karena masih mempunyai ukuran yang teramat kecil dengan berat masih mempunyai ukuran kulang lebih 1/10.000 dari berat ulat yang siap mengokon, maka kebutuhan pakannya masih sedikit. Selain itu, belum menuntut tempat yang luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemeliharaan ulat yang baru menetas dimulai pada pagi hari. Kira-kira dua jam setelah semua telur menetas, kotak tempat penetasan yang sudah penuh dengan ulat-ulat kecil dipindahkan ke atas sasak berukuran kurang lebih 0,5 meter persegi yang diberi alas kertas koran dan kertas parafin. Setelah itu, ulat didesinfeksi dengan campuran kapur dan serbuk kporit atau serbuk formalin dengan perbandingan 95% : 5%. Bahan ini harus dicampur hingga benar-benar rata. Desinfeksi dilakukan dengan cara menaburkan desinfektan tersebut langsung ke seluruh tubuh ulat sebanyak 5 gr untuk satu boks bibit. Aagar bisa merata ke tubuh ulat, penaburan dilakukan dengan menggunakan ayakan halus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setengah sampai satu jam setelah desinfektan, ulat-ulat kecil tersebut diberi makan. Untuk ulat kecil yang baru menetas, tiap satu boks berisi kurang lebih 20.000 bibit diperlukan daun murbei sebanyak 100 gr. Daun murbei yang diberikan ini dirajang halus dengan ukuran sekitar 0,5 cm. Daun diambil dari pangkasan berumur satu bulan dan dipilih sampai lembar keempat atau kelima.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai pemberian makan, sasak ditutp dengan kertas parafin. Tujuh jam kemudian sasak dibuka lalu kotak penetasan diambil. Kepadatan ulat dan makanan diratakan dan sasak ditutup kembali. Suhu ruangan diusahakan 27-28 derajad celcius dengan kelembapan 85-90%.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-66083165942402275302013-02-20T18:26:00.000-08:002013-05-16T07:38:21.531-07:00Penetasan Telur Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrJNzGis1BMGH7bQi39nMA-5SN1af8jnAEZ2CKNwCN61cNTuvbPgJPwXx2eg1yO1BCr4pWfbCERIi7Z3ilUDuN_CxzsMWqPfWWG3vr_Ndf6DhimxC9QCtc2LgHj6E5KO9gEOmdGtr-xM0/s1600/KOKON1.BMP" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrJNzGis1BMGH7bQi39nMA-5SN1af8jnAEZ2CKNwCN61cNTuvbPgJPwXx2eg1yO1BCr4pWfbCERIi7Z3ilUDuN_CxzsMWqPfWWG3vr_Ndf6DhimxC9QCtc2LgHj6E5KO9gEOmdGtr-xM0/s320/KOKON1.BMP" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menetaskan telur diperlukan suhu ruang sekitar 24-25 derajat celcius dengan kelembapan 80-85%. Dalam keadaan seperti ini telur akan menetas dalam waktu 10-11 hari. Sebelum telur menetas, akan tampak bintik gelap yang makin meluas ke seluruh permukaan telur sampai akhirnya muncul ulat kecil hitam penuh bulu. Biasanya telur menetas pada pagi hari. Jika ada sebagian yang belum menetas, tentu akan menetas pada pagi keesokan harinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ribuan telur yang ditetaskan pasti ada kemungkinan waktu penetasaannya tidak bersamaan. Untuk menyeragamkan waktu penetasan, dapat dilakukan dengan menggelapkan tempat penetasan. Caranya, tempat tersebut ditutup dengan kain atau kertas berwarna hitam. Dalam keadaan gelap, telur yang siap menetas akan tertunda sehingga yang belum siap menetas dapat mengejar waktu penetasannya. Akibatnya, selang waktu tidak terlalu lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi hari saat telur akan menetas, tempat penetasan dibuka. Telur dibiarkan mendapat cahaya yang cukup. Adanya cahaya ini akan merangsang ulat keluar dari telur. Apabila baru sedikit telur yang menetas, tempat penetasan ditutup kembali. Keesokan harinya tempat penetasan dibuka kembali. Bila sebagian besar telur sudah menetas, ulat-ulat kecil ini segera dipindahkan ke tempat pemeliharaan yang telah disediakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-70150744542282421682013-02-19T14:27:00.003-08:002013-05-16T07:37:59.350-07:00Sterilisasi Ruangan dan Peralatan untuk Pemeliharaan Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/Ulat-sutera-instar-ke-5-aka.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://i774.photobucket.com/albums/yy27/agrisilk/Ulat-sutera-instar-ke-5-aka.gif" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebersihan ruangan dan peralatan merupakan salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan ulat sutera. Sebenarnya tidak hanya sekedar bersih, tetapi ruangan dan peralatan harus suci hama. Mangapa?, karena meskipun tubuh ulat sutera kelihatan menjijikkan, tetap saja banyak penyakit yang menyerang. Akibat serangan penyakit, pertumbuhan ulat menjadi terganggu bahkan menyebabkan kematian. Oleh karenanya, produksi kokon juga akan terganggu. Selain ruang tempat pemeliharaan dan peraltan, ruangan tempat penyimpanan daun murbei juga perlu diperhatikan kebersihannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha menjaga kebersihan ruangan dan peralatan dapat dilakukan dengan sterilisasi. Sterilisasi ini sebagai usaha preventif terhadap serangan penyakit dan dapat menggunakan larutan formalin atau larutan kaporit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><i><b>Sterilisasi dengan larutan formalin</b></i> ; larutan formalin yang digunakan adalah larutan yang mempunyai konsentrasi 2-3%. Sterilisasi dilakukan dengan cara menyemprotkan formalin pada dinding, lantai dan peralatan pemeliharaan sampai merata. Setiap 1 m persegi luas ruangan diperlukan 1 liter formalin 2-3%. Segera setelah penyemprotan selesai, ruangan ditutup rapat selama 24 jam dan dibuka kembali kira-kira 24 jam sebelum digunakan untuk pemeliharaan. </li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li><i><b>Sterilisasi dengan larutan kaporit</b></i> ; cara sterilisasi dengan larutan kaporit sama dengan penggunaan formalin. Dua atau tiga hari sebelum ruangan atau peraltan digunakan untuk pemeliharaan, terlebih dahulu disemprot dengan larutan kaporit 0,5%. Penyemprotan diusahakan merata ke dinding, lantai ruangan dan peraltan yang tahan air. Tiap 1 meter persegi luas ruangan diperlukan 1 liter larutan kaporit 0,5%. Untuk membuat larutan kaporit yang berkonsentrasi 0,5%, dilakukan dengan cara melarutkan 5 gr kaporit ke dalam air sebanyak 1 liter.</li>
</ul>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4256446632368809808.post-61845793350546064252013-02-18T14:53:00.000-08:002013-05-16T07:38:50.617-07:00Pelaksanaan Pemeliharaan Ulat Sutera<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/08/padepokan-dayang-sumbi3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/08/padepokan-dayang-sumbi3.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sembilan bulan setelah penanaman, murbei mulai mampu menyediakan daun guna menyuplai kebutuhan pakan ulat. Dengan tersedianya daun sebagai sumber makan, maka kegiatan pemeliharaan ulat sutera dapat segera dimulai. Awal dari kegiatan ini berupa penyediaan bibit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain membeli, seenarnya bibit dapat diproduksi sendiri, namun, untuk melakukannya pengetahuan tentang ulat sutera harus benar-benar dikuasai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Indonesia, bibit yang dianggap unggul merupakan hasil perkawinan ngengat sutera ras cina dan ras jepang. Kedua ras tersebut merupakan jenis bivoltine yang hanya menghasilkan dua generasi dalam satu tahunnya. Apabila kedua ras tersebut dikawinkan, maka telur yang dihasilkan harus mendapat perlakuan khusus agar dapat menetas. Perlakuan khusus ini sebagai usaha mempercepat penetasan telur. Selain itu, dapat dilakukan penetasan buatan dengan menggunakan asam chlorida (HCl).<br />
<br />
Usaha pembibitan sendiri mempunyai risiko yang cukup tinggi jika tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan tidak ditunjang dengan peralatan yang memadai. Meskipun telur bisa dihasilkan, tetapi kemungkinan telur-telur tersebut terserang penyakit, pebrine misalnya, tetap tinggi. Jika telur-telur tersebut mengandung penyakit, maka akan berakibat hancurnya usaha pemeliharaan ulat sutera. Bahkan tidak mustahil meluas menghancurkan usaha-usaha sejenis di tempat-tempat yang berdekatan. Aagar lebih aman, sebaiknya pengadaan bibit ini didatangkan saja dari pusat-pusat pembibitan yang memang sudah berpengalaman menangani bibit.<br />
<br />
Bibit ulat sutera dijual dalam bentuk telur yang dikemas dalam suatu boks. Setiap boksnya berisi 20.000 butir telur. Bibit ini dapat diperleh di Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) yang di kelola oleh Perum Perhutani. Untuk wilayah Indonesia bagian timur dan tengah, kebutuhan akan bibit dapat dipenuhi oleh PPUS Soppeng, Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk Indonesia bagian barat tersedia di PPUS Candiroto, Temanggung, Jawa Barat.<br />
<br />
Dengan tersedianya bibit, kegiatan pemeliharaan selanjutnya meliputi sterilisasi ruangan dan peralatan. Setelah itu berturut-turut akan melalui tahap-tahap penetasan telur, pemeliharaan ulat yang baru menetas, pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat besar, serta pengokonan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0