Hal-hal berikut ini penting untuk diketahui sehubungan dengan proses pengolahan kokon selanjutnya.
* Reelability (daya pintal kokon)
Daya pintal kokon diperhitungkan lewat besar persentase putusnya -serat sewaktu kokon dipintal. Hasil uji reelabily besar sekali pengaruhnya terhadap harga jual kokon sebagai bahan baku benang sutera. Yang mempengaruhi reelability adalah jenis bibit, suhu dan terutama kelembapan udara saat pengokonan.
* Warna Kokon
Rata-rata warna kokon adalah putih. Namun, ada juga kokon yang dihasilkan dengan warna lain. Misalnya, warna kuning, kuning emas, hinau bambu, hijau dan kemerahan. Selain kokon yang berwarna hijau, warna itu terjadi karena pengaruh sericine. Dengan proses pemutihan (degumming) warna itu bisa hilang dan benang sutera yang dihasilkan akan berwarna putih.
* Bentuk dan Ukuran Kokon
Ada beberapa macam bentuk kokon, yaitu elips, bulat, berlekuk dan bulat panjang. Bentuk yang berbeda ini karena jenis dan sifat ulat yang dipelihara juga berbeda. Sedangkan besar kecilnya kokon dipengaruhi banyak hal seperti jenis ulat, kondisi suhu dan kelembapan, serta jumlah dan kualitas murbei yang diberikan.
* Ketegangan Kokon
Yang dimaksudkan ketegangan kokon adalah keras atau lembeknya kulit kokon bila ditekan. Kokon yang baik tentu saja yang keras. Kokon yang lembek tidak bagus apabila dipintal menjadi benang. Ketegangan kokon dipengaruhi oleh jenis bibit, kondisi pemeliharaan dan pengokonan.
* Kerutan Kokon
Pada kulit luar kokon ada kerutan. Di bagian luar kerutannya kasar, tetapi makin ke dalam makin kecil. Hal yang menyebabkannya adalah jenis bibit dan kondisi pengokonan. Kerutan yang kasar terjadi apabila kondisi pengokonan kering. Namun, jika kondisi basah dan suhu rendah, kerutan yang terjadi lebih rapat dan kecil. Kokon dengan kerut-kerut yang terlalu kasar kurang baik saat dipintal.
* Berat Kokon
Pengertian berat kokon adalah berat kokon keseluruhan termasuk berat kulit kokon ditambah pupa di dalamnya. Jenis ulat, jenis kelamin dan cara pemeliharaan akan mempengaruhi hal ini.
* Berat Kulit Kokon
Dalam hal ini yang dimaksud hanyalah kulit kokonnya saja. Makin berat kulit kokon makin banyak benang yang bisa dihasilkan. Jenis bibit dan jenis kelamin serta cara pemeliharaan berperan terhadap keadaan ini.
* Persentase Kulit Kokon
Cara menghitungnya adalah berat kulit kokon dibagi berat kokon keseluruhan dan dikalikan 100%. Persentase kulit kokon akan menentukan persentase benang sutera (raw silk) dalam pemintalan.
* Panjang Serat Sutera
Ukuran panjang serat yang dapat digulung dari sebutir kokon adalah panjang serat sutera. Kokon yang bagus akan menghasilkan serat sutera yang panjang dan mudah dipintal.
* Berat Serat Sutera
Pengertiannya adalah berat dari serat yang sudah dipintal dari sebutir kokon. Makin berat kulit kokon, makin berat pula serat suteranya. Namun, masih dipengaruhi pula oleh daya pintal kokon.
* Tebal Serat Sutera
Satuan tebal serat sutera biasa dinyatakan dalam denier. Satu denier adalah serat yang memiliki panjang 450 m dan beratnya 0,05 gr. Bila akan dipintal kokon yang baik adalah yang ketebalan seratnya sama, baik di bagian luar maupun dalam. Agar kokon yang dihasilkan memiliki serat yang tebal, maka saat inkubasi dan pemeliharaan ulat kecil suhunya harus tinggi dan basah. Pada saat ulat besar, diberi pakan daun murbei yang banyak, tidak keras dan jumlah ulat yang dipelihara jarang.
* Persentase Sutera
Besarnya persentase sutera didapat dari perbandingan berat benang sutera dengan berat kokon basah dikalikan 100%. Angka ini juga dapat mempengaruhi harga kokon.
* Buku-buku pada Serat
Yang termasuk dalam bagian ini adalah mata, buku dan bintik-bintik pada serat. Kesemuanya merupakan cacat pada benang sutera, jadi berperanan terhadap tinggi rendahnya kualitas kokon.
* Daya Tahan Tarikan
Ialah kekuatan serat sutera dalam menahan tarikan. Angka ini diperoleh dari tebal serat sutera (dalam denier) menahan tarikan (dalam gram). Kebanyakan serat sutera mempunyai daya tahan tarikan 3,5-4,0 gram/denier.
* Persentase Penguluran
Angka ini didapat dengan mengukur panjang serat sutera ketika ditarik hingga putus lantas dibandingkan dengan panjang serat mula-mula dikalikan 100%.
* Bulu-bulu
Bulu-bulu tipis keputihan akan terlihat saat benang sutera sudah ditenun menjadi kain. Penyebabnya adalah fibroin yang pecah. Ini terjadi pada kelenjar sutera ulat-ulat stadia kelima. Bulu banyak terdapat pada serat sutera yang tebal dan serat kokon dari ulat yang terlalu matang.